SD Islam Darul Huda Semarang
SHARE :

Mendidik Anak Tanpa Membandingkan

27
01/2022
Kategori : Berita / islam / Tips
Komentar : 0 komentar
Author : Admin


Mendidik Anak Tanpa Membandingkan

Membandingkan anak jadi pendekatan yang umum untuk memastikan apakah cara Ibu mendidik anak sudah benar. Serta memastikan bahwa si kecil memiliki pencapaian normal seperti anak lainnya. Kita suka membandingkan perkembangan anak dengan anak lain, lalu menilai sendiri apakah perkembangan anak kita normal, lebih baik, atau sempurna dibanding anak-anak seusianya. Kemudian, tanpa sadar, kita menggunakan kemampuan anak lain sebagai patokan untuk memotivasi anak sendiri. Misalnya, “Lihat, itu teman kamu udah bisa pipis sendiri lho di kamar mandi” atau “Itu teman kamu udah bisa membaca.” Aduh, ini cara mendidik anak yang keliru lho, Bu!

Meski Ibu tidak bermaksud menyakiti si kecil, tanpa disadari kata-kata ini sangat berbahaya. Membandingkan si kecil sebenarnya membuat Ibu dan anak merasa stres, tapi dorongan untuk melakukannya tidak bisa ditolak
Kadang tujuan dibalik membandingkan anak adalah untuk memancing semangat berkompetisinya dan mendidik anak agar punya mental unggul. Kompetisi merupakan dorongan untuk pencapaian anak. Tapi apakah cara mendidik anak ini selalu berhasil?

Tidak ada dua anak yang sama, masing-masing punya bakat, minat, tingkatan, dan kekuatan berbeda. Orangtua bisa membangun atau menghancurkan rasa percaya diri anak ketika mengungkapkan rasa tidak senang karena pencapaian yang buruk. Menurut Ismawati Yusrina, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Ibu tahu tentang efek negatif dari mendidik anak dengan cara membanding-bandingkan:

  1. Stres
    Anak merasa terbebani bila ia terus dibandingkan. Tugas Ibu adalah mendidik anak, bukan menekannya untuk melakukan sesuatu yang malah membuatnya cemas. Duduk dan bicaralah pada anak bila ada hal mengganggu yang mempengaruhi prestasinya. Temukan solusi bersama.
  2. Rasa percaya diri rendah
    Anak mulai percaya kalau orang lain lebih baik dibanding dirinya dan ia tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik atau memenuhi harapan orangtua. Perasaan ini sangat merusak kepribadian dan pertumbuhan akademik anak.
  3. Tidak menghargai diri sendiri
    Bila ia masih mendengar kata-kata Ibu yang meminta ia untuk mengikuti anak lain agar berprestasi baik, ini akan menghancurkan rasa percaya dirinya. Cara mendidik anak seperti ini mampu menghancurkan performanya di masa mendatang.
  4. Menghindari situasi sosial
    Bila anak terus dibandingkan, maka ia mulai menghindari interaksi publik bersama Ibu.
  5. Membangun perilaku tidak bersemangat
    Bila bakat dan prestasi anak terus diabaikan, maka ia tidak lagi bersemangat karena Ibu dengan jelas membandingkannya dengan anak lain yang punya prestasi lebih.
  6. Menekan bakat anak
    Ketika anak asik menghabiskan waktunya membuat lukisan sementara Ibu ingin ia berlatih badminton, maka anak akan menghadapi dilema. Padahal, apresiasi adalah cara mendidik anak yang ampuh dalam mengeksplor bakat alami si kecil. Bila bakat melukisnya tidak diapresiasi dan ia setengah hati berlatih badminton, kemungkinan anak tidak memperoleh prestasi yang baik. Bahkan, lambat laun bakat melukisnya tidak punya ruang untuk berkembang dan hilang. Bukannya mendidik anak agar makin kreatif, Ibu malah mematikan kreativitasnya.
  7. Jauh dari Ibu
    Ketika Ibu membandingkan anak dengan saudara kandung, sepupu, teman, atau tetangganya, maka si kecil akan merasa tidak nyaman berada di dekat Ibu. Ini menjadi bukti kalau ada yang salah dalam dirinya yang tidak bisa Ibu terima. Keberadaan Ibu pun menjadi sumber rasa sakit dan anak akan berusaha menjaga jarak. Akibatnya, anak merasa tidak nyaman dan hilang kepercayaan pada Ibu. Kesalahan mendidik anak seperti ini di kemudian hari bisa memicu masalah perkembangan dan perilaku si kecil.
  8. Mendorong perselisihan saudara kandung
    Ketika Ibu terus menerus memberi pujian ke anak Ibu yang lain, bisa-bisa muncul kebencian pada saudara kandungnya sendiri. Ini bisa memicu anak berperilaku agresif, mengejek, dan bahkan saling memukul. Ibu mungkin pernah menyampaikan pesan kalau anak dengan prestasi lebih baik akan lebih disayangi dan dicintai. Sebagai akibatnya, jika gagal berprestasi, maka anak mulai mengecilkan dirinya sendiri.
  9. Menyebabkan keraguan pada diri sendiri
    Bila kita diberitahu kalau kita tidak bagus dalam bidang tertentu dan ada orang lain yang lebih bagus, perlahan tapi pasti, keraguan pada diri sendiri akan tumbuh. Begitu juga dengan anak. Anak menjadi tidak yakin apakah bisa jadi lebih baik. Tugas sebagai orangtua adalah mendidik anak dengan mengapresiasi setiap langkahnya, bukan mengingatkan mereka bahwa anak lain selalu lebih unggul.
  10. Kecemburuan
    Bila Ibu terus mendidik anak dengan cara membanding-bandingkan, ia mulai mengalami kecemburuan yang ekstrim. Bisa pada anak tetangga, teman sekelas, sepupu, dan seterusnya. Kecemburuan bukan perasaan yang sehat dan kecemburuan ini bisa menimbulkan kebencian bahkan agresi.
    Ketika orang lain selalu dianggap lebih baik, anak mulai berpikir negatif, “Kenapa saya harus mencoba bila selalu tidak dianggap?” Bukannya mencoba tugas dan tantangan baru dengan semangat positif, asumsi anak tentang dirinya dan hasil dari apa yang ia lakukan bisa negatif.
  11. Anak tumbuh menjadi orang dewasa yang cemas dan gelisah
    Orangtua yang membandingkan anak akan perlahan membuat anak merasa cemas dan gelisah. Anak bisa menjadi berlebihan fokus untuk menyenangkan hati orangtua dan akan terus merasa tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka. Perlahan anak kehilangan rasa percaya diri dan otonomi.

Mendidik anak tentulah tugas paling sulit di dunia dan tidak ada yang namanya orangtua ideal. Tapi kita adalah orangtua pertama untuk anak. Kita adalah orang yang mereka cari ketika mereka merasa terpuruk. Bertahanlah dan jangan putus semangat untuk terus membantu anak tumbuh di lingkungan yang positif. Jangan lupa apresiasi anak setiap hari dengan cinta dan afirmasi baik. Mendidik anak memang butuh kesabaran dan konsistensi. Tetap semangat ya, Bu..

 

Oleh : Siti Nur Muakhadah, S. Ag.

Berita Lainnya



Tinggalkan Komentar