11
07/2022
|
30
07/2021
|
Kategori : Berita / Tips Komentar : 0 komentar Author : Admin |
Telah lebih dari satu tahun dunia pendidikan mengalami perubahan. Proses pembelajaran, termasuk di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka dengan berinteraksi secara langsung antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, harus berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh. Kini pendidik dan peserta didik mulai bertransformasi ke dunia digital.
Selama masa pandemi, Kemdikbud-ristek telah melakukan beberapa terobosan yang dilakukan secara cepat dan masif untuk meringankan kesulitan pembelajaran di masa pandemi. Di antaranya adalah pembuatan modul pembelajaran yang dapat diunduh dan digunakan oleh pendidik maupun orangtua, serta kurikulum dalam kondisi khusus. Selain itu pemerintah pun telah menyalurkan bantuan berupa kuota data internet bagi peserta didik dan tenaga pendidik dalam usahanya untuk mendukung belajar dari rumah selama masa pandemi Covid-19.
Kurikulum dalam kondisi khusus atau kurikulum darurat yang disiapkan oleh Kemendikbud adalah kurikulum yang disederhanakan dari kurikulum nasional, dimana pendidik dan peserta didik fokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk lanjut ke pembelajaran di tingkat selanjutnya. Hal tersebut dijelaskan oleh Mendikbud-ristek Nadiem Makarim tahun lalu dalam taklimat media “Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19” secara virtual di Jakarta.
Seberapa sering detikers merasa kewalahan saat mendidik anak di masa pandemi ini? Semenjak terjadinya pandemi Covid-19, maka kebijakan sekolah secara daring atau belajar dari rumah menjadi solusi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini membuat orang tua menggantikan peran guru untuk mendidik dan mengajar anak secara langsung saat anak belajar di rumah.
Langkah-Langkah orang tua dalam mempersiapkan pendidikan anak di masa pandemi
Menurut parapsikologsetelah berbulan-bulan tinggal dan belajar di rumah, anak akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali. Bertemu teman-temannya sertaa kembali pola belajar bersama bapak/ibu guru.
Jangan menutupi kondisi wabah ini walaupun menurut Anda anak masih belum mengerti. Sebaiknya gunakan bahasa sederhana untuk memberi penjelasan bahwa virus ini belum hilang tetapi kita sudah harus kembali pada rutinitas harian. Ini akan membuat anak tetap berhati-hati saat berada di manapun. Tutup penjelasan tersebut dengan membesarkan hati anak bahwamerekapasti dapat menjalani hari-harinya dengan lancar dan dapat beradaptasi.
Anak dengan karakter suka bergaul yang sudah sering bertanya kembali kesekolah kapan, pasti bahagia akan segera bertemu teman-temannya. Nah, jangan sampai euforia ini membuatnya lupa bahwa pandemi ini belum berlalu. Karena itu ortu perlu lebih sering mengingatkan akan bahaya virus corona tanpa membuatnya cemas atau ketakutan. Memberi pemahaman yang baik akan membuat mereka lebih waspada dengan lingkungannya. Orang tua bisa membuat semacam daftarkegiatanapa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan saat berada di sekolah.Penjelasan demikian ini akan lebih mudah diterima anak, terutama yang masihkecil.
Jika selama masa pandemi Orang tua sudah membiasakan anak dengan protokol kesehatan ini tentu merupakan poin plus. Dengan begitu anak sudah mengerti upaya apa yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan. Inilah protokol yang wajib diterapkan di sekolah:
Faktanya sampai saat ini memang belum ditemukan data penularan Covid-19 dengan perantara makanan, tetapi tidak ada salahnya tetap waspada, bukan ? Apalagi kita tidak bisa menjamin kebersihan peralatan makan di tempat umum. Dengan membawa bekal dari rumah Ortu bisa memastikan asupan nutrisi anak terpenuhi sehingga tubuhnya lebih bugar. Satu lagi, Anda bisa menghemat pengeluaran pada badget jajan diluar.
Takdapat dipungkiri masih banyak orang tua yang cemas melepas buah hatinya untuk kembali bersekolah ditengah wabah corona. Jika hal ini terjadi pada Ortu cobalah mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri.
Sebaiknya jangan memperlihatkan kecemasan tersebut di hadapan anak karena bisa membuatnya turut tertekan. Akibatnya mereka bisa dirundung ketakutan terkena penyakit dan membuatnya tidak percaya diri.
Stress dan over thinking bisa menurunkan kekebalan tubuh yang membuat seseorang lebih mudah terinfeksi virus dan bakteri
Oleh : Siti Nur Muakhadah, S. Ag.
11
07/2022
|
16
03/2022
|
4
03/2022
|
15
02/2022
|
15
02/2022
|
14
02/2022
|
Pembukaan Tahun Ajaran Baru 2022/2023
Senin, 11 Jul 2022
Mendidik Anak di Era Digital
Rabu, 16 Mar 2022
Peringatan Isra’ Mi’raj di SD Islam Darul Huda
Jumat, 4 Mar 2022
Memilih Gaya Belajar yang Sesuai Tipe Kepribadian Anak
Selasa, 15 Feb 2022
Komentar Terbaru